Oleh : Azizah Oktavia
Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah perkampungan yang dihuni
oleh warga yang amat sangat ramah satu sama lain. Mereka tidak pernah
membedakan satu sama lain baik itu dari segi keturunan, status sosial ataupun
sebagainya. Mereka menganggap bahwa semuanya sama tidak ada yang patut
dibeda-bedakan. Perkampungan itu bernama Cikedal.
Suatu hari ada seorang gadis yang sedang mencuci pakaian disebuah sungai,
lalu dia menemukan sebuah pakaian laki-laki yang hanyut disungai yang bisa
dibilang sangat tak layak untuk dipakai. kemudian gadis tersebut penasaran dan
dia pun akhirnya menelusuri sungai darimana asalnya baju tersebut hanyut. Gadis
itu terkejut melihat seorang pemuda yang sudah tak berdaya terdampar dipinggir
sungai, gadis itupun berteriak
“toloong...tolong....” dan masyarakatpun menghampiri gadis tersebut,
serta langsung membawa laki-laki itu kerumahnya dan menolongnya.
Pemuda itu pun tersadar, lalu bangun “dimana aku? Siapa kalian? Kamu, kamu
siapa?” kata sipemuda. “tenanglah kang.” Kata gadis tersebut sambil memegang
pundak sipemuda. “tapi kamu siapa? Kenapa aku bisa ada disini?” tanya sipemuda.
Gadis itu menjawab “aku menemukan mu terdampar dipinggir sungai saat aku sedang
mencuci pakaianku. Tapi kenapa kakang bisa terdampar disungai seperti itu?”.
“apa? Terdampar? Dipinggir sungai? Aku tidak bisa mengingat apapun” jawab
sipemuda. “masa akang bisa lupa seperti itu, lalu darimana akang berasal dan
siapa nama akang?” tanya sigadis. Pemuda itu menjawab “namaku? Aku bahkan tidak
tau siapa namaku, aku tidak bisa mengingat apa-apa” dia menjawab dengan
bingungnya. Gadis itu pun menjawab “sudahlah kang tak usah dipikirkan, lebih
baik akang berisitirahat saja disini. Saya akan mengambilkan minum untuk
akang.” Membaringkan sipemuda tersebut.
Keesokan harinya, pemuda tersebut mencoba pergi kesungai tempat dia
terdampar. Ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi padanya. Akan tetapi
dia belum bisa mengingatnya. Ayu yang sangat khawatir mencari kesana kemari
pemuda tersebut, akhirnya mencoba mencarinya kesungai dan akhirnya ayu
menemukannya. Melihat pemuda tersebut memandangi sungai tersebut, ayu pun menepuk
pundaknya dan bertanya “apa yang sedang akang lakukan disini?”. Pemuda itupun
terkejut dan menjawab “aku hanya berusaha mengingat apa yang telah terjadi
padaku sampai aku bisa terdampar disungai ini.” “lalu apa akang sudah ingat
semuanya?” tanya ayu. “belum, sedikitpun aku tidak mengingatnya.” Ayu merasa
senang karena pemuda tersebut belum bisa mengingat apapun, itu artinya ayu
masih bisa bersama pemuda tersebut. “sudahlah kang, jangan terlalu dipaksakan.
Sementara akang tidak mengingat nama akang, bagaimana kalau aku beri nama akang
emmmmm Panji, bagaimana kang?” usul ayu. “boleh lah, daripada akang tidak punya
nama.” Jawab nya sambil tersenyum.
Dua tahun berlalu pemuda itu
menjalani hidupnya sebagai Panji. Hidup berdua dengan Ayu dalam satu atap
rumah, membuatnya merasakan suatu hal yang tidak biasa entah apa itu. tetapi
walaupun begitu mereka tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak sepantas nya
mereka lakukan. Hingga pada akhirnya Panji
pun mengungkapkan isi hatinya pada Ayu didekat sebuah danau sejuk nan indah
dipandang mata “neng ayu, akang mau
bicara dengan neng.” kata panji. Ayu menjawab “sok atuh kang, neng dengerin.”
Sambil senyum tersipu malu. Panji berkata “Neng, akang suka sama neng. Neng mau
tidak jadi istri akang?” ayu pun terkejut dengan perkataan yang dilontarkan oleh
panji dan ayu menjawab dengan yakinnya “iya neng juga suka sama akang, iya neng
mau jadi istri akang.”
Hari yang paling istimewa itu telah tiba. Pernikahan pun dilaksanakan
dengan lancar tanpa hambatan. Kemudian mereka hidup dengan bahagia, ayu pun
sekarang sedang mengandung. tetapi pada suatu ketika, Panji menemukan sebuah
pakaian compang-camping diatas lemari pakaian yang selama ini ia tak pernah
ketahui. Kemudian ketika dia memegang baju itu dia teringat pada masa lalunya
bahwa dia adalah seorang pangeran muda disebuah kerajaan besar yang sedang
menyamar menjadi seorang budak dikerajaan lain tetapi beliau malah terpaksa
harus meloncat ke sungai untuk menghindari serangan dari musuh.
Kemudian istrinya menepuk pundaknya sambil berkata “dari mana akang temukan
pakaian ini? Berikan padaku!” menarik bajunya dan hatinya sangat takut bahwa
suaminya itu akan teringat pada masa lalunya. “paaaaaaaaaak” bunyi tamparan yang
sangat keras dari sang suaminya itu “kamu pembohong! Mengapa kamu tidak memberi
tahu akang bahwa kamu menyimpan baju ini?.” (Memegang pipi kirinya karna
kesakitan sambil mengeluarkan air matanya dan berkata) “apa? Pembohong? Akang
yang tidak pernah bertanya.” Tapi mengapa kamu diam saja dan menyembunyikan nya
ini hingga akhirnya ini aku yang mengetahui sendiri?” Panji berkata dengan
tegas dan kerasnya sambil meluapkan amarahnya kepada istrinya itu. istrinya pun
menjawab “aku takut kakang mengingat semuaya dan kakang ingin pergi
meninggalkan aku sendiri’’ dengan sedihnya. Panji pun begegas pergi dari kamar
dan meninggalkan istrinya. “kang, akang mau pergi kemana?” teriak ayu tetapi panji
menghiraukannya dan langsung pergi dari rumah.
Ayu harus menjalani hidupnya sendiri tanpa suaminya dengan bayi yang ada
dikandungannya sekarang. ia sendiripun tak tahu dimana suaminya berada. Lalu,
tepat pada ke-9 bulannya ia melahirkan bayi laki-laki tampan nan gagah seperti
ayahnya. ia mengurus dan merawat anaknya sendirian yang akhirnya jagoannya
itupun tumbuh hingga berusia 7 tahun. Anaknya pun penasaran terhadap rupa
ayahnya yang selama ini belum pernah ia melihatnya dan suatu ketika dia
menanyakan pada ibunya yang saat itu dia sedang tidur di pangkuan ibunya “bu,
ayah itu bagaimana sih? Lalu, mengapa ayah bisa meninggalkan kita selama ini
bu? Apa ayah tidak mau tahu keadaan kita sekarang?” tanya sang anak. “ayahmu
itu dulu seorang pemuda yang gagah, berani dan juga tampan. Ayahmu sangat
pintar dalam hal bertani dan juga memancing, kamu tahu nak? Pohon-pohon yang
ada disekitar kampung kita ini adalah hasil dari tanam menanam ayah nak. Ayahmu
pergi meninggalkan kita karna dia sudah dipanggil tuhan nak, jadi kamu tidak
usah bertanya tentang ayahmu lagi ya, biarkan dia tenang dialam sana nak.”
Sambil mengusap kepala anaknya itu.
Beberapa minggu kemudian datanglah seorang laki-laki gagah nan perkasa
menghampiri ayu dan anak nya yang sedang menyirami tanaman halaman rumahnya. “bu,
bu siapa dia?” tanya sang anak dengan wajah kebingungan. ibunya pun menengok ke
arah sang lelaki tersebut sambil menatap “rasanya aku pernah melihatnya, tapi
dimana? apa ini kamu kang? Ahh tidak mungkin.” Gumamnya dalam hati. “Ini aku ayu,
suami mu.” Kata laki-laki itu dengan lembutnya. “apa dia bilang bu? Berati dia
ayahku? Bukankah ibu pernah bilang kalau ayah sudah meninggal beberapa tahun
yang lalu.” Kata sang anak semakin bingung. Ibunya hanya bisa terdiam sambil
mengeluarkan air matanya secara perlahan dia tidak tahu harus berbuat dan
berkata apa saat itu juga. “apa? Meninggal? Kamu mengatakan pada anak kita
bahwa aku sudah meninggal?”. Tanya sang suami dengan lantang dan wajah nya pun
mulai memerah. “siapa sangka? Kamu pergi begitu saja tanpa pernah memberi tahu
ku, dan tak pernah kembali lagi kesini. Tanpa akang tau bagaimana rasanya hidup
sendiri dan melahirkan seorang bayi tanpa didampingi suaminya. Sekarang, kamu
kembali begitu saja.” Jawab sang istri dengan nada lantang pula. “aku kesini
ingin menjelaskan semuanya kepadamu ayu, apa yang terjadi beberapa tahun
kebelakang dan alasan ku mengapa meninggalkan mu dan anak kita selama ini ayu. Apa
kamu menyalahkan aku sekarang? Apa kamu tak ingat kesalahanmu dulu padaku juga
hah? Apa kamu lupa? Jika dulu kamu jujur, aku yakin aku tak akan pernah meninggalkanmu
bertahun-tahun seperti ini.” Jawab Panji
dengan luapan emosinya yang mulai mencapai puncaknya. “pergilah! aku dan anakku
sudah terbiasa hidup tanpamu. Kamu bisa tinggal dinegrimu sesuka hatimu, aku
tak akan melarangmu untuk pergi kemanapun. Sekarang anggap saja kau tak pernah
bertemu denganku.” Kata ayu. Panji menjawab “sumpah demi tuhan ayu aku
mencintaimu, aku menyayangi kamu dan anakku, aku pergi karna ini juga untuk
kebaikan kita kelak ayu.” Lalu Ayu menarik tangan anaknya kemudian masuk kedalam
rumah dan menutup pintunya dengan sangat keras. “jika kamu tak percaya baiklah,
tapi setelah ini kamu pasti akan percaya.” Kata panji dengan tegasnya. Kemudian
panji berteriak dengan sangat keras sambil berkata “Wahai dunia dan seisinya,
kalian tidak akan pernah bisa berbohong, kalian pasti tau yang sebenarnya. Aku
sudah sangat sabar mendengar perkataan anakku sendiri bahwa istriku
menganggapku sudah tiada dan aku juga tak pernah benar-benar menyalahkannya
karna kesalahan besarnya itu di masa lampau. Tunjukanlah pada istriku, tunjukan
padanya bahwa apa yang aku katakan adalah benar. Tunjukanlah! Buatlah kampung
ini terendam oleh air sungai yang mengalir dari sebelah barat itu, hingga pada
akhirnya kampung ini menjadi terendam dan semuanya menjadi jelas. Tunjukanlah
hei kalian ciptaan tuhan!!!” Seketika suasana berubah, langit biru menjadi
menghitam, kilatan-kilatan petir menyambar dengan dahsyatnya, para warga keluar
dengan paniknya dan kebingungan mencari tempat yang aman akan tetapi itu sudah
terlambat, angin-angin yang menarik dan mendorong seisinya menjadi acak
berantah dan air sungai dari arah baratpun mulai hilang keseimbangan dan
membanjiri seluruh kawasan kampung Cikedal. Dan akhirnya jadilah sebuah situ
yang biasa disebut oleh para warga setempat dengan sebutan SITU CIKEDAL.